Friday, April 27, 2012

Share..

share yang di dalam kamus oxford berarti a part or portion of something owned, allotted to, or contributed by a person or group. Atau dalam arti yang mudah dimengerti adalah berbagi. 

kenapa gue angkat topik ini, padahal ini adalah postingan gue setelah sekian lama vakum nulis blog, karena malam ini gue baru saja men-share pengalaman dan kisah perjalanan hidup bersama seorang sahabat lama gue, sejak SMP. Luar biasa memang dampaknya, apalagi bagi seorang mahasiswa yang sering dilanda kegundahan dalam dunia dalam kampus nya. Bercerita atau sharing seperti dapat melarutkan semua endapan kegelisahan yang tersimpan dalam pikiran. Dan begitu pula alasan gue untuk yakin untuk menceritakan dan berbagi kisah ini, hal yang masih fresh itu, di blog gue ini setekah sekian lama gue vakum nulis haha.


Seperti yang sama-sama kita tahu, kalo dinamika kehidupan seorang mahasiswa itu sangat fluktuatif. kadang mudah sekali jatuh dalam titik terendah semangat atau depresi dalam menjalani kegiatan akademik kampus maupun untuk aktif berorginisasi. Terkadang pikiran-pikiran yang mengendap lama dan gak bisa dikeluarin bisa berakibat kehilangan motivasi. Dan gue mengalaminya. Gue sangat menyadari bahwa kehidupan saat kampus beda banget nget sama kehidupan lu ketika SMP, atau bahkan SMA. Gak segampang itu, gak sebebas itu, dan gak seberesiko dulu. Mungkin dulu ketika kita sekolah, masa-masa putih abu-abu gitu, bebas ya buat ngelakuin apa aja. Seperti belum ada pandangan jauh ke depan, bahwa ini loh dunia orang dewasa. Yang mau gak mau lu bakal hadapin nanti. Tapi buat apa lu mikirin hal itu ketika SMA? Gak, gue yakin mayoritas orang lebih memilih menghabiskan masa SMA nya dengan bersenang-senang, bercengkerama dengan teman-teman, karena masa seperti itu gak akan lu temui lagi nantinya. Betul banget! Gue gak menampik hal tersebut.


Perasaan berbeda justru muncul ketika lu mulai masuk kehidupan kampus. Itu bedaaa sebeda-bedanya. Lu mulai beranggapan bahwa kehidupan saat di kampus itu adalah titik dimana lu harus berubah, bahwa dunia orang dewasa yang sebenarnya sudah ada di depan mata. Bahwa lu merasa gak segampang da sebebas dulu ketika SMA. Betul gak? Walau dalam beberapa hal gue yakini pendapat gue ini ga selalu bener. Karena nyatanya di kampus itu adalah ladang lu untuk berprestasi lebih jauh, menggali potensi diri lu yang terkukung ketika lu SMA atau mengembangkannya lebih jauh lagi, juga ketika kuliah lu merasa bahwa jadwal akademis lu ga terlalu diatur-atur dan lu bisa punya waktu lebih untuk mengeksplor diri lu. Yak pendapat ini memang bener, tapi yang jadi masalah itu timbul bahwa dengan segudang aktivitas itu. Akademis, organisasi, lomba, sosialita, dan lain sebagainya yang terkadang memberikan banyak pikiran. Banyak hal yang klo kita gak bisa mengalokasikan waktu dan tenanga dengan baik akan memberikan beban pikiran yang lama-lama mengendap dan membuat lu jatuhh pada titik jenuh, depresi, males dan serendah-rendahnya semangat dalam diri lu yang tadinya beranggapan bahwa kuliah ituuu "enak"!

Disini sebetulnya yang kita rasakan kita butuh adanya sahabat yang mendengar dan mengerti perasaan hati kita, yang bisa saling bertukar kisah hidup mungkin, berbagi semua kejenuhan yang dialami dalam hectic nya dunia kampus.

Dan saat itulah, gue bertemu dengan sahabat lama gue sejak SMP. Teman sepenanggungan, senasib, dan se'sekolah' haha. Padahal walau sampe saat ini gue satu kampus ama dia bahkan sampai satu fakultas. Gue jarang banget bisa ketemu sama dia. Selama ini gue kalo pun ketemu juga cuma jabat tangan dan ngucapin salam, ngobrol2 sedikit dan saling memperhatikan tampak fisik masing-masing. Memang klo diliat-liat lagi keadaan gue dan dia terlebih secara fisik udah carut-marut deh. Udah ga berbentuk, badan yang kurus, rambut yang kusut dan muka yang kucel yang nunjukin kalo diri lu lagi stress berat. Yaaa tapi cuma sekedar itu, cuma sekedar jabat tangan dan salam itu aja rutinitas yang sering gue lakuin ama dia semisal gue berpapasan sama dia ketika di kampus.

Tapi hal yang beda itu terjadi malam ini...

Gue gabisa mewakili dengan kata-kata apa yang sedang gue rasakan sampe saat sebelum gue ketemu kawan gue itu tadi. Stress, banyak amanah dan banyak tugas yg belum selesai. Deadline sana, deadline sini yang kadang mulai merubah gue menjadi orang yang apatis. Jenuh dan jujur muak dengan keadaan yang terus berulang. Dan tak jarang gue sering kali menghindar sementara waktu dari macam kesibukan dan aktivitas lain belakangan ini. Tapi ha itu juga gak memperbaiki keadaan, dan terkadang gue malah lebih ngerasa ada hal yang hilang, seolah ada sesuatu yang tertinggal dan gue sesali kenapa gue harus menghindar. Tapi malem ini saat gue bertemu dengan kawan lama gue, gue menceritakan banyak hal ke dia. Hal yang selama ini mengendap dan mengeras bagai kerak semen yang kering di jalan.

Dan hal serupa juga temen gue lakukan, dia bercerita tentang masalah-masalah terberat yang dia hadapi selama di kampus. Apa hal yang dia alami selama ini ketika mulai kuliah, sesekali pun kami tertawa bersama mengingat kejadian-kejadian lucu ketika masih sekolah dulu. Dan bahkan pembicaraan gue dengan dia melebar ke arah kabar keluarga masing-masing.

Gue menceritakan bagaimana jenuh nya gue dengan kehidupan kampus gue sekarang, yang gue rasa sangat jauh berbeda dari kehidupan SMA gue yang seru, fun dan asyik bersama teman-teman SMA dulu. Bagaimana teman-teman di kampus ada yang tidak bersahabat yang sering mengganggu konsentrasi ketika kuliah dan segala macamnya gue ceritakan. Melumerkan endapan kejengkelan yang selama ini mengerak di pikiran. Sampai saat giliran dia yang mulai bercerita tentang keadaannya yang membuat gue pun sedikit terhenyak. Tentang kabarnya yang juga tengah tidak semangat menjalani kehiduan kampus, kalau ia berencana untuk mencoba lagi SNMPTN tahun depan, tentang niatnya untuk pindah jurusan.

Sejenak gue diam, berpikir, apa bener yang barusan temen gue ceritakan. Kemudian gue berusaha menyakan kembali niatnya, dan dia pun dengan mantap menjawab iya. Gue tau temen gue ini memang dari awal passionnya di bidang elektronika, mesin dan hal-hal yang berbau sangat teknis dan sciencetis, tapi lalu dia tidak mendapatkan jurusan yang diinginkannya itu. Tapi yang ga bisa buat gue berpikir adalah apa dia mau merelakan waktunya 1 tahun di UI, sementara gue juga tahu keadaan financial keluarganya yang tidak jauh berbeda dengan keluarga gue kini.

Mungkin dulu klo gue ga dapet beasiswa, impian gue untuk kuliah ga mungkin bisa tercapai. Mau bayar uang pendidikan pake apa, itu selalu yang menghantui pikiran gue dulu. Tapi mendengar cerita dan kisah dari sahabat gue ini, seperti mengingat kembali masa-masa dulu ketika gue berjuang untuk kuliah di UI.

"loh gak gampang padahal orang bisa masuk jurusan arsitektur kayak lo, apalagi lo bakal ngulang tahun ini, apa lo gak nyesel nantinya? bukan hanya segi financial sih, mungkin juga dari waktu lu yang terbuang juga kan."

"ya tapi gue gak nemu passion gue disini gitu git, gue lebih suka kepada hal yang berbau science, hal tentang listrik dan mesin dan lain sebagianya.. agak nyesel sih, tapi ini juga demi kehidupan gue dan masa depan keluarga gue ke depannya. emang nyokap dan bokap awalnya ga setuju kayak seolah gue gak bersyukur padahal banyak orang yang dulu mau masuk jurusan yang gue dapet ini, tapi toh bayangannya gue gak nemu passion gue disini dan dari dulu pilihan nomor satu gue itu lu tau sendiri elektro. arrgh nyesel juga sih kenapa sekarang gini, kenapa dulu pilihan kedua gue gak ambil teknik komputer juga. cuma satu git, mungkin diliatnya gue nyerah disini, tapi daripada gue juga nyerah untuk masa depan gue dan gue nyerah untuk ngejar mimpi gue dapet elektro. daripada gue lulus dari sini tapi entah nanti gue mau jadi apa, gue mutusin untuk mantep di pilihan gue. demi masa depan keluarga gue, bukan cuma kepentingan gue semata. emang disangkanya gue bakal gak bersyukur dan kasianyang dulu pengen banget dapet jatah disini. tapi gue ngelakuin ini bukan karena gue iseng, tapi karena gue juga gatau kayak gini jadinya"

Dulu gue selalu beranggapan bahwa pasrah dan ikhlas adalah suatu hal yang sama. Namun saat gue denger cerita temen gue ini gue dengan sangat jelas dapat melihat perbedaannya. Analoginya sama ketika lu lomba lari, ketika di seratus meter terkahir dan masih ada satu musuh di depan lu, lu yang masih terus ngejar berusaha untuk menang namun kemudian tetap kalah lalu ketika lu bisa merelakannya itu yang disebut ikhlas. Tapi jika lu ememutuskan untuk berhenti mengejar sebelum lu tau apakah lu menang atau kalah maka saat itulah yang dikatakan pasrah.


Banyak hal yang tertuang pada malam ini, saling berbagi dan men-sharing pengalaman hidup dengan orang lain membuat kita lebih kuat dan yakin, bahwa masalah terberat tidak hanya dialami oleh kita pribadi.  Gue merasa lebih lapang dalam mengahadapi masalah yang gue hadapi. Dan perbincangan gue malam ini dengan sahabat lama gue bakal gue ingat dalam waktu yang lama. Di akhir waktu perbincangan gue dan dia kita sama-sama menyemangati satu sama lain, hal yang sangat indah bukan? ketika segolongan manusia yang banyak celah dan salah saling membantu untuk menyempurnakan bentuknya yang tidak sempurna.

Hfftt, good luck kawan! Semoga lu berhasil dengan mimpi lu untuk bisa dapet bangku elektro tahun depan. Mimpi tidak dibatasi waktu dan penghalang lain. Dan disaat apapun kita ngerasa jenuh dan desperate, yakin aja kalau bukan hanya kita yang mengalami masalah di dunia ini. Dan share kali ini telah menyelamatkan gue dari rasa lelah dan penat akan masalah gue. Kalo dengan share gue yakin endapan kerak semen di pikiran lu bisa lumer dan leleh. Buat temen gue, sukses terus brooo!! Wish you all the best. Ganbatte :D